Pages

Senin, 05 November 2012

filsafat


BAB II
PEMBAHASAN


A.       LANDASAN HISTORI FILSAFAT

    Pada abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia, padahal tadinya manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berpikir kreatif, karena pemikirannya beralawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja.
Abad ini tidak saja lamban tapi filsafat mengalami kemunduran pada abad ini, jangankan menambah manjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Untunglah pada abad-abad ini di bagian dunia lain, yaitu di dunia islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh islam, lebih dari itu manusia didorong untuk berpikir, untuk maju, tidak puas dengan yang telah ada. Banyak orang yang jengkel dengan dominasi gereja. Mereka ingin segera mengakhiri domonasi itu. Akan tetapi, mereka kahwatir mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawannya yang telah dihukum mati. Sekalipun demikian ada juga pemberani, yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene Descartes. Argumen-argumen ini di ajukan oleh Descartes jelas bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja. Itu kelihatan dalam argument cogito. Setelah Descartes berhasil, dan ternyata ia tidak dihukumi apapun maka laksana bendungan jebol, banyak bermunculan filosof. Akal yang telah dikekang itu sekarang pesta pora merayakan kebebasannya. Akan tetapi, apa sebanarnya akal yang megusulkan penghancuran agama yang telah ribuan tahun dianut oleh jutaan orang itu? Apakah memang akal adalah kemampuan tahu tanpa kelemahan? Ataukah sepertihalnya organ manusia yang mempunyai batasan-batasan kemampuan? Waktu akan datang untuk mengadili akal, untuk menguji filosof mulai tertarik untuk mempeleajari akal. Ii tentu mulai lagi babak baru tentang sejarah pemikiran. Dan di dominasi oleh berbagai aliran besar yang memunculkan tokoh-tokoh besar dalam aliran tersebut.




1.      RENAISSANCE

    Renaissance berasal dari istilah bahasa perancis. Dalam bahasa latin, re+nacsi berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet dan dikembangkan oleh J. Burcekhard (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan budaya antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan. Mengenai kapan  dimulainya?, kapan batas habis abad pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan adalah abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya zaman renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16. Pada abad pertengahan  bisa dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu orang mencari alternatif, di dalam suatu perenungan alternatif itu orang teringat pada suatu peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban yunani kuno . usaha ini sebenarnya telah dimulai di dalam karya orang –orang italia di dalam kesusasteraan.
     Jadi zaman modern filsafat dimulai dengan zaman renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman renaissance itu, dalam filsafat tidak berbeda dari zaman modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafatnya ia menemukan ciri-ciri renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupakan kembali rasionalisme yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada zaman morern memang Descartes.


2.      ALIRAN RASIONAL

a.       Rene Descartes

Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Disamping sebagai tokoh rasionalisme, ia pun sebagai filsuf yang ajaran filsafatnya sangat popular, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia, zaman modern dalam sejarah filsafat dimulai oleh filsafat Descartes. Yang dimaksud denga istilah modern di sini hanya digunakan untuk menunjukan suatu filsafat yang mempunyai corak yang sangat bebeda, bahkan berlawanan dengan corak filsafat abad pertengahan. Corak utama filsafat modern yang dimaksud di sini ialah dianut kembali Rasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan itu disertai oleh argument yang kuat, diajukan oleh Descartes. Oleh karena itu gerakan pemikiran-pemikiran Descartes sering juga disebut renaissance. Pada masa ini rasionalisme yunani lahir kembali, sebagai objek kajian yang harus dan menarik untuk diamati. Sejak kezaliman intelektual oleh gereja dan tidak sedikit para filsuf dikekang kebebasan berpikirnya, zaman ini memberi pintu lebar-lebar kepada siapapun, bahkan bukan hanya filsuf, tetapi bagi semua orang yang ingin mencurahkan pandangan dan pendapatnya atau kepada siapapun yang ingin berfilsafat.
Anggapan  bahwa Descartes sebagai bapak filsafat modern, menurut Bertrand Russel, memang benar. Kata “Bapak”  diberikan kepada Descartes karena ia orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi kuat yang distict, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya (Ahmad syadali dan mudzakir, 2004: 107). Descartes adalah orang inggris. Ayahnya anggota parlemen inggris. Pada tahun 1612 M, sampai tahun 1649 M, ia menetap di Belanda. Pedidikan pertama Rene Descartes diperoleh dari yesuit di La Fleche dari tahun 1602-1612. Ia memperoleh karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa perancis, musik dan akting. Bahkan, ia mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles dan Etika Nichomacus, fisika, matematika, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam masa pendidikannya, Rene Descartes telah merasakan kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam fisafat yang saling berlawanan.
 Pada tahun 1612 , Rene Descartes pergi ke Paris dan di sana, ia mengucilkan diri ke Faobourg Sain German untuk mengerjakan ilmu ukur. Tahun 1617, Descarter masuk ke dalam tentara Belanda. Tahun 1619, Descartes bergabung dengan tentara Bavaria, tahun 1619-1620 pengalamannya di tuangkan dalam buku pertamanya Descours de la matode (1637)yang berarti uraian tentang metode yang isinya melukiskan perkembangan intelektual.
Dalam karya Descartes, ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan. Karyanya yang berjudul A Discourse  on metod mengemukakan perlunya memperhatikan empat hal berikut:
1.      Kebenaran baru dinyatakan shahih jika telah  benar-benar indrawi dan realitasnya  telah jelas dan tegas (cerely and distictly), sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2.      Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sampai banyak mungkin bagian, sehingga tak ada keraguan yang mampu merobohkannya.
3.      Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4.      Dalam proses pencarian dan pemariksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau tertinggal dalam penjelajahan itu.
Descartes mengembangkan pikiran filosofisnya. Dia sendiri  meragukan apa sekarang sedang berdiri menyaksikan realitas yang tampak dimatanya atau sedang tidur dan bermimpi, sebagaimana ia meragukan dirinya apa kah sedang sadar atau sedang gila. Keraguan Rene Descartes sangat rasional, karena tidak ada perbedaan signifikan antara kenyataan dalam mimpi dengan kenyataan tidak terjaga karena gambarannya sama. Sebagaiman seseorang bermimpi bertemu dengan kakenya, kemudian ia benar-benar bertemu dengan kakeknya. Apakah yang benar itu ketika tertidur atau terjaga, karena hasilnya sama. Juhaya S. Pradja (2000:66) mengatakan bahwa betapapun radikalnya keragu-raguan Descartes ini, akhirnya ia pun mengakui bahwa di sana ada satu hal yang tidak bisa diragukan. Yang dimaksudnya ialah bahwa “aku yang sedang ragu-ragu menandakan bahwa aku sedang berpikir dan karena aku berpikir maka aku ada”(cogito ergo sum).Yang paling fundamental dalam mencari kebenaran adalah senantiasa merujuk pada perinsip cogito ergo sum. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa dalam diri sendiri, kebenaran lebih terjamin dan terjaga. Dan dalam diri sendiri terdapat tiga ide bawaan sejak aku dilahirkan yaitu:
a.       Pemikiran: sebab aku memahami bahwa aku makhluk yang berpikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat aku.
b.      Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena aku mempunyai ide sempura , mesti ada suatu  peyebab sempurna untuk ide itu.hal ini karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain dari tuhan.
c.       Keluasan: materi sebagai keluasan atau ekstensi (extension) sebagimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Menurut Descartes, kepastian itu tidak bergantung pada objek yang dipelajari karena hal yang dialami bisa berubah sewaktu-waktu. Bagi Descartes, hai itu dianggap mungkin karena roh kita mempunyai idea innata dan aturan dari pikiran yang logis, kita mencapai pengetahuan yang pasti. Aturan yang logis itu ialah: jangan menerima hal yang tidak eviden. Susunlah pikiran mulai dengan yang sederhana sampai yang lebih sukar.
Descartes mengandalkan metode keraguan. Metode keraguan itu bukanlah tujuanya. Tujuan metode ini adalah untuk mempertahankan keraguan. Sebaliknya, metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya di tunjukan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang dapat diraguakan . Ia pun tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang berada di balik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan suatu kepastian dibalik sesuatu.

b.      Spinoza

 Spioza berasal dari kalangan yahudi di Amesteram, tapi dia dibuang dari kalangan itu karena bid’ah. Beberapa filosof dimasa yang lebih belakangan telah dikutuk dan di hokum mati karena gagasan-gagasan seperti juga Spinoza. Hal ini terjadi karena dia mengecam agama yang telah mapan. Dia percaya bahwa agama Kristen dan yahudi hanya dihidupkan oleh dogma yang kaku dan ritual lahiriah. Dialah orang pertama yang menerapkan  apa yang kita sebut penafsiran historis kritis atau bibel. Salah satu filar filsafat Spinoza sesungguhnya adalah melihat segala sesuatu dari perfektif keabadian. Maksudnya adalah keabadian waktu, dan manusia adalah bagian yang sangat kecil dari alam. Spinoza tidak hanya megatakan bahwa segala sesuatu adalah alam. Dia menyamakan alam dengan tuhan. Dia mengatakan bahwa tuhan itu segalanya, dan segalanya adalah dalam diri tuhan. Bagi Spinoza tuhan tidak menciptakan dunia agar bediri di luarnya.  Tuhan adalah dunia itu dan kadang dia juga mengungkapkan bahwa dunia itu adalah dalam diri tuhan. Dalam hal ini dia mengutip pidato st. paulus di hadapan orang-orang Athena di bukit Aeropagos” Dalam diri tuhan kita bergerak dan menjadi”. Buku Spinoza yang paling penting adalah etika dibuktikan secara geometis (Ethics Geometrically Demonstrated).
Spioza menekankan bahwa hanya ada satu zat yang sepenuhnya dan benar-benar merupakan ‘penyebab dirinya sendiri’ dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh. Hanya tuhan dan alam sajalah yang merupakan ungkapan proses bebas  dan bukan kebetulan semacam itu. Manusia dapat berjuang untuk mendapatkan kebebasan agar bisa hidup tanpa kendala lahiriah, tapi ia tidak akan pernah meraih kehendak bebas. Kita tidak mengontrol segala sesuatu yang terjadi  dari dalam tubuh kita yang merupakan mode dari atribut peluasan. Kita juga tidak dapat memilih pemikiran kita. Karena itu manusia tidak memiliki jiwa bebas , jiwa itu kurang lebih terpenjara dalam badan mekanis.

c.        Leibniz

Gotifried wilhelem von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada athun 1716. Ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi negara. Pusat metafisika adalah idea tetang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika Leibniz sama memusatkan pada substansi. Substansi bagi Leibniz adalah hidup dan setiap suatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun perinsip Leibniz adalah “prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan  “sesuatu harus memiliki alasan”. Bahkan tuhan juga harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Dan dia juga berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak diciptakan) adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang ini diberi judul monadology (study tentang monad) yang ditulisnya 1714. Satu substansi sederhana ialah substansi terkecil yang tidak dapat dibagi. Adapun substansi yang berupa susunan (composites) jelas dapat dibagi. Akan tetapi ada kesulitan disini. Bila simple substance (monad) itu terletak dalam ruang, maka akibatnya ia mesti dapat dibagi. Oleh karena itu Leibniz manyatakan bahwa semua monad itu haruslah materi dan tidak mempunyai ukuran. Monad itu tidak mempunyai bagian-bagian, tidak mempunya ukuran, tidak dapat dibagi.






3.      ALIRAN IDEALISME

1.      IDEALISME OBJEKTIF

ü  Fichte (1762-1814)
Johann Gottlieb fichte adalah filosof jerman. Ia belajar teologi di jena pada tahun 1780-88. Menurut fiche, dasar realitas adalah kemauan, kemauan inilah think-in itself-nya manusia. Penampakan menurut pendapatnya adalah sesuatu yang ditanamkan oleh roh absolute sebagai penampakan kemauannya. Roh absolute adalah sesuatu yang berada di belakang kita itu adalah tuhan. Menurut fichte, dasar keperibadian adalah kemauan, yaitu kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya melalui kepatuhan kepada peraturan. Kahidupan moral adalah kehidupan usaha. Manusia dihadapkan kepada rintangan-rintangan , dan manusia digerakan oleh rasa jiwa yang wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang memungkinkannya mampu memilih yang baik. Idealisme etis fichte diringkas dalam pernyataan bahwa dunia aktual hanya dapat di pahami sebagai bahan bagi tugas-tugas kita. Oleh karena itu filsafat bagi fichte adalah fisafat hidup yang terletak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral matrealisme. Substansi matrealisme bagi fichte ialah naluri, kenikmatan tak bertanggung jawab, bergantung pada keadaan, sedangkan idealisme adalah bergantung pada diri sendiri.

ü  Schelling ( 1775-1854)
Schelling adalah filosof idealis jerman yang telah meletakan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme hegel. Ia pernah menjadi kawan fichte. Schelling adalah idealis jerman terbesar. Pemikiranyapun merupakan mata rantai antara fichte dan hegel. Schelling berpendapat bahwa kreasi seni adalah relasi antara kesadaran dan ketidak sadaran. Dan schelling membangun tiga tahap sejarah a. masa perimitif yang ditadai oleh dominasi nasib, b. masa romawi yang ditandai oleh reaksi dasar manusia, c. masa yang akan datang yang merupakan sintesis dua masa itu yang akan terjadi secara seimbang dalam kehidupan, disana yang aktual dan yang ideal akan bersintesis
ü  Hegel (1770-1831)
      Idealisme jerman memuncak pada George Wilhelm Friedrich Hegel. Walaupun usianya lebih tua dari pada schelling, hegel menyusun karyanya yang tepenting ketika schelling sudah menjadi filosofi terkenal. Mula-mula ia dianggapnya sebagai murid schelling, tetapi lama-kelamaan menjadi berdiri sendiri dan banyak berbeda dengan pemikiran schelling. Karya hegel yang pertama adalah mengnai agama Kristen,  seperti the life of jejus dan the spirit of Christianity.
      Pusat filsafat hegel ialah konsep geist (roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Roh di dalam pandangan hegel adalah sesuatu yang real, konkrit, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), di dalam kesadaran diri roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia. “semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real”, maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Konsep filsafat hegel seluruhnya histori dan relative. Ia mengatakan bahwa apa yang benar ialah perubahan. Kunci filsafat hegel adalah sejarah. Sejarah menurut hegel, mengikuti jiwa dialektik.

4.      IDEALISME THEIS

          1.       Pascal (1623-1662)
           Pemikiran filsafat pascal adalah sebagai berikut:
a)      Pengatahua diperoleh melalui dua jalan, yaitu akal (reason), dan hati (heart)
b)      Hati memiliki logika tersendiri.
c)      Unsur terpenting dalam manusia adalah konteradiksi, satu-satunya jalan memahami manusia ialah jalan agama, pengatahuan-pengatahuan rasional tidak mampu menyingkap manusia, pengatahuan rasional itu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas dari kontradiksi.
d)     Tuhan juga tidak dapat dipahami melalui argument metafisika, tuhan hanya dapat di pahami melalui hati.
e)      George Berkeley (1685-1753)
Berkeley lahir di irlandia pada tahun 1658 dan menjadi uskup. Dia mengkritik realisme locke, yaitu ide bahwa relitas kosmos yang sesungguhnya dijelaskan oleh  ilmu fisika modern, bagi Berkeley, relitas pada intinya adalah subjektif,  

2.          Immanuel Kant (1724-1804)
Kant lahir di Konigsberg, prusia pada tahun 1724, ia tidak pernah meninggalkan desa kelahirannya kecuali beberapa waktu  singkat karena memberikan kuliah di desa tetangga. kant amat tekun melaksanakan agamanya, tatkala ia sudah benar-benar matang ia ingin sekali belajar hal-hal yang mendasar tentang agamanya. Bukunya, theoryof heaven (1755), menurut kant semua planet sudah atau akan dihuni, dan planet-planet yang jauh dari matahari mempunyai masa berkembang lebih panjang, barangkali dihuni oleh species yang lebih cerdas dibandingkan dengan penghuni bumi kita ini. Bukunya yang pertama yang dibahas pada uraian berikut ini ialah critique of pure reason. Pada dasarnya buku ini bermaksud membela sains dari serangan skeptisisme. Tema yang dibahas dan membela agama (iman) dari gangguan akal.

5.      ALIRAN EMPIRISME         
      
1.       John Locke (1632-1704)
John locke termasuk orang yang mengagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi locke mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai” lembar kertas putih”(as a white paper) dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi locke pengalaman itu ada dua, yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan idea-idea tunggal. Roh manusia bersifat sama sekali pasif dalam menerima ide-ide tersebut. Namun demikian, roh mempunyai aktifitas juga karena dengan menggunakan ide-ide tunggal sebagai batu bangunan, roh manusiawi dapat membentuk ide majemuk (komplex ideas), misalnya idea substani. Locke menyatakan bahwa dalam dunia luar memang ada substansi-substansi, tetapi kita hanya mengenal ciri-cirinya.
Pandanga locke mengenai lembara putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah dalam filsafat islam yang didasarkan atas pernyataan al-Quran, surat ar-rum ayat ke 30. Fitrah adalah bawaan manusia sejak lahir yang didalamnya terkandung tiga potensi dengan fungsi masing-masing. Pertama, potensi ‘aql yang berfungsi mengenal tuhan, mengesakan tuhan dan mencintai-Nya. Kedua, potensi syahwat yang berfungsi menginduksi objek-objek yang menyenangkan. Ketiga, potensi gadhab yang berfungsu untuk menghindari segala yang membahayakan. Ketika manusia dilahirkan, ketiga potensi ini telah dimilikinya namun demikian, agar potensi-potensi tersebut beraktualisasi, perlu ada bantua dari luar dirinya
Buku locke, essay concerning  human  understanding (1689 m) ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang di ajarkan plato. Dengan kata lain, locke menolak adanya innate idea, termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes, clear and distinct idea, adequate dari Spinoza, truth of reason dari Leibniz. Menurut locke, yang innate (bawaan) itu tidak ada.
            Ia ,mengatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi ialah pengertian tentang objek sebagai idea tentang objek itu yang di bentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indra. Akan tetapi locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi objek. Dalam an essay concerning humen understanding, tampak bahwa john locke, dalam pandangan bersebrangan dengan Descartes, tetapi ia menyetujui pandangan Aristoteles tentang teori tabularasa. Bahwa jiwa berkembang dan memproleh kemampuan nalar karena pengalaman. Atas pandangan itu john locke dinyatakan sebagai aliran empirisme dari inggris yang kemudian menghasilkan teori asosiasi.

 2.       David Hume (1711-1776)
David hume menggunakan prinsip-prinsip empirisme dengan cara yang paling radikal, terutama pengertian substansi dan kausalitas menjadi objek kritiknya. Ia tidak menerima substansi sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (misalnya: putih, licin, berat dan sebagainya). Akan tetapi, atas dasar pengalaman, tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (misalnya: sehelai kertas yang mempunya ciri-ciri tersebut).
Buku david hume, treatise of humen nature (1739-1740 M), ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu berumur 20 tahun. Buku ini tidak banyak menarik perhatian sehingga hume pindah ke subjek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal  sebagi sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M, ia menulis buku yang etrkenal, An enquiry concerning human understanding. Baik buku treatise maupun buku enquiry, keduanya menggunakan metode empirisme, sama dengan john locke. Akan tetapi locke hanya pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasis pada sensasi (khususnya tentang substansi dan tuhan).
Pendapat david hume melengkapi pendapat john locke tentang sensasi dan refleksi. Hume mengatakan selain dua unsur tersebut, ada pula yang dinamakan rasa dan ingatan atau impresi dan idea. Kelangsungan perkembangan rasa dan ingatan manusia berada pada impresi dan refleksi yang menyatukan atau berasosiasi dalam waktu dan ruang yang berdekatan, karena danya makna yang sama dan sebab akibat. Hume mengatakan bahwa manusia memperoleh asosiasi kausalitas dengan megalami rangkaian kejadian seperti bola biliar yang membentur bola lain.



           3.       Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafatnya berpusat pada teori evolusi. Sembilan tahu sebelum terbitnya karya Darwin yang terkanal, the orige of species(1859), spencer sudah menerbitkan bukunya tenteng teori evolusi. Empirismenya telihat jelas dalam fisafatnya tentang the graet unknowable. Menurutnya kita hanya bisa mengenali gejala-gejala. Memang benar di belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang absolute itu tiada dapat kita kenal. Secara perinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala. Sudah jelas , demikian spencer , metafisika menjadi tidak mungkin.

2.ZAMAN MODERN

Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan Bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Aliran emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi.
          Aliran rasionalisme di pelopori oleh rene Descartes(1596-1650M). Dalam Discoerse  De la methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua pengetahuan,yaitu dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun Tetapi dalam kesangsian yang metoddis ini ternyata hanya satu hal yang tidak dapat  Diragukan,yaitu ‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’. Jika aku menyaksikan sesuatu,aku menyadari bahwa, aku menyaksikan adanya Discartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak kita lahirYaitu:
Ø  Realitas pikiran (res cogitan)
Ø  Realitas perluasan (res extensa extention)
Ø  Tuhan Sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu. Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, materi adalah keluasan.

           Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu yaitu:

1.      Aliran Rasionalisme

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu". Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah "cogito ergo sum", aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. -- Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan "jelas, dan terpilah-pilah" -- "clearly and distinctly", "clara et distincta". Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).
           Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

2.      Aliran Empirisme

Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

           Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas, diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)".Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari "probable" (berpeluang). Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang "hukum alam" atau "sebab-akibat", sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja.Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.

          Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"), namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini. Catatan. Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada periode yang disebut Renaissance ("kelahiran kembali"). Kebudayaan klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan filsafat mencari inspirasi dari sana. Filsuf penting adalah N Macchiavelli (1469-1527), Thoman Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan Francis Bacon (1561-1626).
           Periode kedua adalah zaman Barok, yang menekankan akal budi. Sistem filsafatnya juga menggunakan menggunakan matematika. Para filsuf periode ini adalah Rene Descrates, Barukh de Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1710). Periode ketiga ditandai dengan fajar budi ("enlightenment" atau "Aufklarung"). Para filsuf katagori ini adalah John Locke (1632-1704), G Berkeley (1684-1753), David Hume (1711-1776). Dalam katagori ini juga dimasukkan Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant.


3.   Penjelasan Filsafat Masa kini (1800-sekarang).

Filsafat masa kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau taklangsung atas pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Hegel ingin menerangkan alam semesta dan gerak-geriknya berdasarkan suatu prinsip. Menurut Hegel semua yang ada dan semua kejadian merupakan pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari Yang Mutlak dan bersifat rohani. Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak jika masih harus dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha sempurna, dan jika maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu pemikiran Hegel langsung ditentang oleh aliran pemikiran materialisme yang mengajarkan bahwa yang sedang-menjadi itu, yang sering sedang-menjadi-lebih-sempurna bukanlah ide ("Yang Mutlak"), namun adalah materi belaka. Maksudnya, yang sesungguhnya ada adalah materi (alam benda); materi adalah titik pangkal segala sesuatu dan segala sesuatu yang mengatasi alam benda harus dikesampingkan. Maka seluruh realitas hanya dapat dibuat jelas dalam alur pemikiran ini. Itulah faham yang dicetuskan oleh Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872). Sayangnya, materi itu sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena pastilah ada yang-ada-di-luar-materi yang "mengendalikan" proses dalam materi itu untuk materi bisa menjadi-lebih-sempurna-dari-sebelumnya.
           Kesalahan Hegel adalah tidak menerima bahwa Yang Mutlak itu berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam arti tidak dalam satu realitas dengan segala yang sedang-menjadi tersebut. Dengan mengatakan Yang Mutak itu menjadi, Hegel pada dasarnya meniadakan kemutlakan. Dalam cara sama, dengan mengatakan bahwa yang mutlak itu materi, maka materialisme pun jatuh dalam kubangan yang sama. Dari sini dapat difahami munculnya sejumlah aliran-aliran penting dewasa ini:
            Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah. Manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis" dibutuhkan figur dewa-dewa untuk "menerangkan" kenyataan. Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan metafisis. Pada tahap dewasa dan matang digunakan metode-metode positif dan ilmiah. Aliran positivisme dianut oleh August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran Wina.
Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx, 1818-1883) mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi belaka, yang berkembang dalam proses dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-sintesis). Marx adalah pengikut setia Feuerbach (sekurangnya pada tahap awal). Feuerbach berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi mausia tentang dirinya sendiri dan agama hanyalah sarana manusia memproyeksikan cita-cita (belum terwujud!) manusia tentang dirinya sendiri. Menurut Feuerbach, yang ada bukan Tuhan yang mahaadil, namun yang ada hanyalah manusia yang ingin menjadi adil. Dari sini dapat difahami mengapa Marx berkata, bahwa "agama adalah candu bagi rakyat", karena agama hanya membawa manusia masuk dalam "surga fantasi", suatu pelarian dari kenyataan hidup yang umumnya pahit. Selanjutnya Marx menegaskan bahwa filsafat hanya memberi interpretasi atas perkembangan masyarakat dan sejarah. Yang justru dibutuhkan adalah aksi untuk mengarahkan perubahan dan untuk itu harus dikembangkan hukum-hukum obyektif mengenai perkembangan masyarakat.Catatan. Soekarno mengklim telah mencetuskan marhaenisme sebagai marxisme diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia. Kualifikasi "penerapan dalam situasi dan kondisi Indonesia" (apapun itu) pastilah tidak membuat faham marhaenisme sebagai suatu aliran filsafat dan pastilah tidak harus sama dengan faham marxisme sebagai diterapkan di dalam lingkungan masyarakat lain.
Ditangan Friedrich Engels (1820-1895), dan lebih-lebih oleh Lenin, Stalin dan Mao Tse Tung, aliran filsafat Marxisme ini menjadi gerakan komunisme, yaitu suatu ideologi politik praktis Partai Komunis di negara mana saja untuk merubah dunia. Sangat nyata bahwa dimana saja Partai Komunis itu menjalankan praktek-praktek yang nyatanya mengingkari hak-hak azasi manusia, dan karena itu tidak berperikemanusiaan (dan tak ber keTuhanan pula!).
           Eksistensialime merupakan himpunan aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia konkrit, dan bukan pada hakekat (esensi) manusia-pada-umumnya. Manusia-pada-umumnya tidak ada, yang ada hanya manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh eksistensinya. Tokoh aliran ini J P Sartre (1905-1980), Kierkegaard (1813-1855), Friederich Nietzche (1844-1900), Karl Jaspers (1883-1969), Martin Heidegger (1889-1976), Gabriel Marcel (1889-1973).

Fenomenologi merupakan aliran (tokoh penting: Edmund Husserl, 1859-1938) yang ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen, konsep-konsep, atau teori umum. "Zuruck zu den sachen selbst" -- kembali kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap obyek memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita "mengambil jarak" dari obyek itu, melepaskan obyek itu dari pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka obyek itu "berbicara" sendiri mengenai hakekatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita. Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi, antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).
         
Neo-kantisme dan neo-thomisme merupakan aliran-aliran yang merupakan kelahiran kembali dari aliran yang lama, oleh dialog dengan aliran lain.
           Disamping itu masih ada aliran filsafat analitik yang menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep. Dalam berfilsafat, jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan. "Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku". Soal-soal falsafi seyogyanya dipecahkan melalui analisis atas bahasa, untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan makna dibalik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu pengetahuan alam pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu bersifat faktual. Tokoh pencetus: Ludwig Wittgenstein (1889-1952).
           Akhirnya sejak 1960 berkembang strukturalisme yang menyelidiki pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-bahasa, agama-agama, sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.


BAB III
PENUTUP


  1. KESIMPULAN

Setelah benteng abad pertengahan jebol oleh Descartes, fisafat itu lepas dari cengkraman agama (iman keristen), maka laksana air bah, akal menyapu dan melabrak  apa saja yang mengambatnya. Akal menang rasio bersoarak sorai kegirangan, semanjak renaissance dihidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka rasionalisme yunani itu satu-satunya cara berfilsafat pada zaman modern. Kecuali pada kant. Pada zaman modern bermunculan berbagai aliran besar . pada dasarnya aliran filsafat modern yunani mengmbil corak filsfat sofisme yunani, sedikit pengecualian pada kant paham yang muncul dari garis besarnya adalah rasionalisme, idelisme paham-paham yang merupakan dari pecahan aliran itu Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal (reason) itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Jelas ini merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman pada abad pertengahan. Ada tiga tokoh penting yang di bicarakan di sini sebagai pendukung rasionalisme: Descartes, Spinoza, dan Leibniz.Penghargaan Descartes pada akal kelihatan dengan jelas dengan metode cogito-nya. “badanku boleh saja diragukan adanya, tetapi aku yang dipikir tidak dapat diragukan. “ demikian kata Descartes. Pengetahuan yang  clear dan distinct pada Descartes ini diambil oleh Spinoza dan di beri nama adequate ideas, dan pada Leibniz thurth of reason.
Rasionalisme Spinoza bergerak dari definisi kepada aksioma dan proposisi. Ujungnya antara lain ialah alam semesta adalah tuhan. Setelah dipikir-pikir olehnya, ia berkesimpulan bahwa tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, tidak juga manusia. Kata Spinoza, hanya itulah yang dapat diketahui oleh akal tentang tuhan. Konsep tuhan mulai kabur. Leibniz adalah filosof monad-monad, suatu analisis yang rumit tantang metafisika, dan amat spekulatif. Akhirnya saya berpendapat bahwa ruang dan waktu yang absolute (newton ) harus ditolak. Oleh karena itu, “kapan alam semesta muncul” adalah pertanyaan yang tidak  revelan.Pemikiran rasionalisme itu direspon pula oleh idealisme. Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Idea plato tentulah jalan yang paling mungkin untuk mempelajari paham idealisme zaman modern. Berdasarka paham idealisme seperti itu fichte menyatakan bahwa dibelakang kita yang ada ialah absolute mind. Pada schelling, realitas itu identik dengan gerakan pemikiran yang berevoluse secara dialektis. Ini menyiapkan jalan bagi dialektika hegel. Hegel berarti puncak idealisme jerman. Idealismenya terlihat pada pusat filsafatnya, yaitu giest (roh, jiwa). Roh itu real, konkrit, objektif demikian kata hegel. Ini suatu paham yang sulit dipahami. Roh itu menumbuh pada objek-objek yang khusus. Roh itulah esesi manusia dan esensi sejarah manusia.
Antara rasionalisme dan idealisme tidak ada pertengkaran. Akan tetapi bila berhadapan dengan empirisme, persoalanya menjadi lain. Empirisme amat berbeda dan berlawanan dengan idealisme dan rasionalisme. Tokoh-tokoh empirisme menolak ide-ide pokok orang rasionalisme dan idealis. Rumusan pokok filsafat ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Dari sini locke menolak akal, menolak innate idea, menolak clear and distinct (descartes), adequate idea (Spinoza), trut of reason (leibniz). Jiwa itu kosong yang ada hanya dari pengalaman. Tentang substansi locke berkata we know not what (kita tidak tahu apa). Empirisme hume memuncak menjadi skeptisisme tingkat tinggi. Pengetahuan sains pun tidak dapat dipegang secara meyakinkan. Spencer tokoh empirisme juga, menyangsikan roh tidak mengetahui masalah-masalah metafisika selain the gret unknowable (rahasia benar). Kita hanya mengenali gejala-gejala empirik, apa yang ada dibelakangnya tidak tahu. Ketiga aliran besar ini (rasionalisme, idealisme, empirisme) telah cukup mejadi filsafat modern membingungkan orang modern. Rasioalisme dan idealisme mengatakan roh yang hakikat. Empirisma mengatakan benda-benda yang hakikat, dan roh tidak ada. Akibatnya pada sain dan agama sudah jelas sain yang dicurigai (terutama pada hume) dan agama diragukan. Keadaan ini mungkin lebih parah ketimbang kebingungan orang  zaman Socrates karena filsafat sofisme. Keadaan ini lah yang dihadapi oleh kant, seperti Socrates menghadapi sofisme yunani 2000 tahun yang lalu. Cara kant menyelesaikan masalah ini pada dasarnya sama dengan cara Socrates tempo hari. Ia menyatakan bahwa akal ada daerahnya dan hati (iman) ada daerahnya. Bila akal memasuki daerah hati maka ia akan hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama dapat dipegang, sama-sama diperlukan. Skeptis pada sains amat berbahaya, keraguan kepada agama juga berbahya. Pemikiran berjalan terus sesuai dengan kemajuan zamanya.   


B. Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep filsafat zaman modern. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik. Demikianlah penjelasan tentang  filsafat zaman modern, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bgi kita semua.


0 komentar:

Posting Komentar