BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN
HISTORI FILSAFAT
Pada abad pertengahan, hegemoni antara akal
dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total dan iman
menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia,
padahal tadinya manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup dengan cepat.
Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang
berpikir kreatif, karena pemikirannya beralawanan atau berbeda dengan pikiran
tokoh gereja.
Abad ini tidak saja lamban tapi filsafat mengalami kemunduran pada abad ini, jangankan menambah manjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Untunglah pada abad-abad ini di bagian dunia lain, yaitu di dunia islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh islam, lebih dari itu manusia didorong untuk berpikir, untuk maju, tidak puas dengan yang telah ada. Banyak orang yang jengkel dengan dominasi gereja. Mereka ingin segera mengakhiri domonasi itu. Akan tetapi, mereka kahwatir mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawannya yang telah dihukum mati. Sekalipun demikian ada juga pemberani, yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene Descartes. Argumen-argumen ini di ajukan oleh Descartes jelas bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja. Itu kelihatan dalam argument cogito. Setelah Descartes berhasil, dan ternyata ia tidak dihukumi apapun maka laksana bendungan jebol, banyak bermunculan filosof. Akal yang telah dikekang itu sekarang pesta pora merayakan kebebasannya. Akan tetapi, apa sebanarnya akal yang megusulkan penghancuran agama yang telah ribuan tahun dianut oleh jutaan orang itu? Apakah memang akal adalah kemampuan tahu tanpa kelemahan? Ataukah sepertihalnya organ manusia yang mempunyai batasan-batasan kemampuan? Waktu akan datang untuk mengadili akal, untuk menguji filosof mulai tertarik untuk mempeleajari akal. Ii tentu mulai lagi babak baru tentang sejarah pemikiran. Dan di dominasi oleh berbagai aliran besar yang memunculkan tokoh-tokoh besar dalam aliran tersebut.
Abad ini tidak saja lamban tapi filsafat mengalami kemunduran pada abad ini, jangankan menambah manjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Untunglah pada abad-abad ini di bagian dunia lain, yaitu di dunia islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh islam, lebih dari itu manusia didorong untuk berpikir, untuk maju, tidak puas dengan yang telah ada. Banyak orang yang jengkel dengan dominasi gereja. Mereka ingin segera mengakhiri domonasi itu. Akan tetapi, mereka kahwatir mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawannya yang telah dihukum mati. Sekalipun demikian ada juga pemberani, yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene Descartes. Argumen-argumen ini di ajukan oleh Descartes jelas bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja. Itu kelihatan dalam argument cogito. Setelah Descartes berhasil, dan ternyata ia tidak dihukumi apapun maka laksana bendungan jebol, banyak bermunculan filosof. Akal yang telah dikekang itu sekarang pesta pora merayakan kebebasannya. Akan tetapi, apa sebanarnya akal yang megusulkan penghancuran agama yang telah ribuan tahun dianut oleh jutaan orang itu? Apakah memang akal adalah kemampuan tahu tanpa kelemahan? Ataukah sepertihalnya organ manusia yang mempunyai batasan-batasan kemampuan? Waktu akan datang untuk mengadili akal, untuk menguji filosof mulai tertarik untuk mempeleajari akal. Ii tentu mulai lagi babak baru tentang sejarah pemikiran. Dan di dominasi oleh berbagai aliran besar yang memunculkan tokoh-tokoh besar dalam aliran tersebut.
1.
RENAISSANCE
Renaissance berasal dari istilah bahasa perancis. Dalam bahasa latin, re+nacsi berarti lahir kembali
(rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjukan
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan
lebih khusus lagi di italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini
mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet dan dikembangkan
oleh J. Burcekhard (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode
yang bersifat individualisme, kebangkitan budaya antik, penemuan dunia dan
manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.
Mengenai kapan dimulainya?, kapan batas habis abad pertengahan sulit
ditentukan. Yang dapat ditentukan adalah abad pertengahan itu telah selesai
tatkala datangnya zaman renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan
ke-16. Pada abad pertengahan bisa dikatakan manusia tidak mampu menemukan
dirinya sendiri. Oleh karena itu orang mencari alternatif, di dalam suatu
perenungan alternatif itu orang teringat pada suatu peradaban begitu bebas,
pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban yunani kuno .
usaha ini sebenarnya telah dimulai di dalam karya orang –orang italia di dalam
kesusasteraan.
Jadi
zaman modern filsafat dimulai dengan zaman renaissance. Sebenarnya secara
esensial zaman renaissance itu, dalam filsafat tidak berbeda dari zaman modern.
Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafatnya ia menemukan
ciri-ciri renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupakan
kembali rasionalisme yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh
agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut
Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi
bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme.
Rasionalis pertama dan serius pada zaman morern memang Descartes.
2.
ALIRAN RASIONAL
a. Rene Descartes
Descartes
dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Disamping sebagai tokoh
rasionalisme, ia pun sebagai filsuf yang ajaran filsafatnya sangat popular,
karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada
pada akal atau rasio manusia, zaman modern dalam sejarah filsafat dimulai oleh
filsafat Descartes. Yang dimaksud denga istilah modern di sini hanya digunakan
untuk menunjukan suatu filsafat yang mempunyai corak yang sangat bebeda, bahkan
berlawanan dengan corak filsafat abad pertengahan. Corak utama filsafat modern
yang dimaksud di sini ialah dianut kembali Rasionalisme seperti pada masa
Yunani Kuno. Gagasan itu disertai oleh argument yang kuat, diajukan oleh
Descartes. Oleh karena itu gerakan pemikiran-pemikiran Descartes sering juga
disebut renaissance. Pada masa ini rasionalisme yunani lahir kembali, sebagai
objek kajian yang harus dan menarik untuk diamati. Sejak kezaliman intelektual
oleh gereja dan tidak sedikit para filsuf dikekang kebebasan berpikirnya, zaman
ini memberi pintu lebar-lebar kepada siapapun, bahkan bukan hanya filsuf,
tetapi bagi semua orang yang ingin mencurahkan pandangan dan pendapatnya atau
kepada siapapun yang ingin berfilsafat.
Anggapan
bahwa Descartes sebagai bapak filsafat modern, menurut Bertrand Russel, memang
benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena ia orang pertama
pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri
sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada
akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi kuat yang distict, yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman,
bukan ayat suci, bukan yang lainnya (Ahmad syadali dan mudzakir, 2004: 107).
Descartes adalah orang inggris. Ayahnya anggota parlemen inggris. Pada tahun
1612 M, sampai tahun 1649 M, ia menetap di Belanda. Pedidikan pertama Rene
Descartes diperoleh dari yesuit di La Fleche dari tahun 1602-1612. Ia
memperoleh karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa perancis, musik dan akting.
Bahkan, ia mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles dan Etika
Nichomacus, fisika, matematika, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas. Dalam masa pendidikannya, Rene Descartes telah merasakan kebingungan
dalam memahami berbagai aliran dalam fisafat yang saling berlawanan.
Pada
tahun 1612 , Rene Descartes pergi ke Paris dan di sana, ia mengucilkan diri ke
Faobourg Sain German untuk mengerjakan ilmu ukur. Tahun 1617, Descarter masuk
ke dalam tentara Belanda. Tahun 1619, Descartes bergabung dengan tentara
Bavaria, tahun 1619-1620 pengalamannya di tuangkan dalam buku pertamanya
Descours de la matode (1637)yang berarti uraian tentang metode yang isinya
melukiskan perkembangan intelektual.
Dalam
karya Descartes, ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode
keragu-raguan. Karyanya yang berjudul A Discourse on metod mengemukakan
perlunya memperhatikan empat hal berikut:
1. Kebenaran baru dinyatakan shahih
jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan
tegas (cerely and distictly), sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu
merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau
masalah itu sampai banyak mungkin bagian, sehingga tak ada keraguan yang mampu
merobohkannya.
3. Bimbinglah pikiran dengan teratur,
dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara
bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4. Dalam proses pencarian dan
pemariksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang
sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga diperoleh
keyakinan bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau tertinggal dalam
penjelajahan itu.
Descartes
mengembangkan pikiran filosofisnya. Dia sendiri meragukan apa sekarang
sedang berdiri menyaksikan realitas yang tampak dimatanya atau sedang tidur dan
bermimpi, sebagaimana ia meragukan dirinya apa kah sedang sadar atau sedang
gila. Keraguan Rene Descartes sangat rasional, karena tidak ada perbedaan
signifikan antara kenyataan dalam mimpi dengan kenyataan tidak terjaga karena
gambarannya sama. Sebagaiman seseorang bermimpi bertemu dengan kakenya,
kemudian ia benar-benar bertemu dengan kakeknya. Apakah yang benar itu ketika
tertidur atau terjaga, karena hasilnya sama. Juhaya S. Pradja (2000:66)
mengatakan bahwa betapapun radikalnya keragu-raguan Descartes ini, akhirnya ia
pun mengakui bahwa di sana ada satu hal yang tidak bisa diragukan. Yang
dimaksudnya ialah bahwa “aku yang sedang ragu-ragu menandakan bahwa aku sedang
berpikir dan karena aku berpikir maka aku ada”(cogito ergo sum).Yang paling
fundamental dalam mencari kebenaran adalah senantiasa merujuk pada perinsip
cogito ergo sum. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa dalam diri sendiri,
kebenaran lebih terjamin dan terjaga. Dan dalam diri sendiri terdapat tiga ide
bawaan sejak aku dilahirkan yaitu:
a.
Pemikiran:
sebab aku memahami bahwa aku makhluk yang berpikir, harus diterima juga bahwa
pemikiran merupakan hakikat aku.
b.
Tuhan
sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena aku mempunyai ide sempura ,
mesti ada suatu peyebab sempurna untuk ide itu.hal ini karena akibat
tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain dari tuhan.
c.
Keluasan:
materi sebagai keluasan atau ekstensi (extension) sebagimana hal itu dilukiskan
dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
Menurut Descartes, kepastian itu
tidak bergantung pada objek yang dipelajari karena hal yang dialami bisa
berubah sewaktu-waktu. Bagi Descartes, hai itu dianggap mungkin karena roh kita
mempunyai idea innata dan aturan dari pikiran yang logis, kita mencapai
pengetahuan yang pasti. Aturan yang logis itu ialah: jangan menerima hal yang
tidak eviden. Susunlah pikiran mulai dengan yang sederhana sampai yang lebih
sukar.
Descartes
mengandalkan metode keraguan. Metode keraguan itu bukanlah tujuanya. Tujuan
metode ini adalah untuk mempertahankan keraguan. Sebaliknya, metode ini
bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya di tunjukan
untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang
dapat diraguakan . Ia pun tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan
keyakinan yang berada di balik keraguan itu, dan menggunakannya untuk
membuktikan suatu kepastian dibalik sesuatu.
b. Spinoza
Spioza
berasal dari kalangan yahudi di Amesteram, tapi dia dibuang dari kalangan itu
karena bid’ah. Beberapa filosof dimasa yang lebih belakangan telah dikutuk dan
di hokum mati karena gagasan-gagasan seperti juga Spinoza. Hal ini terjadi
karena dia mengecam agama yang telah mapan. Dia percaya bahwa agama Kristen dan
yahudi hanya dihidupkan oleh dogma yang kaku dan ritual lahiriah. Dialah orang
pertama yang menerapkan apa yang kita sebut penafsiran historis kritis
atau bibel. Salah satu filar filsafat Spinoza sesungguhnya adalah melihat
segala sesuatu dari perfektif keabadian. Maksudnya adalah keabadian waktu, dan
manusia adalah bagian yang sangat kecil dari alam. Spinoza tidak hanya
megatakan bahwa segala sesuatu adalah alam. Dia menyamakan alam dengan tuhan.
Dia mengatakan bahwa tuhan itu segalanya, dan segalanya adalah dalam diri
tuhan. Bagi Spinoza tuhan tidak menciptakan dunia agar bediri di luarnya.
Tuhan adalah dunia itu dan kadang dia juga mengungkapkan bahwa dunia itu adalah
dalam diri tuhan. Dalam hal ini dia mengutip pidato st. paulus di hadapan
orang-orang Athena di bukit Aeropagos” Dalam diri tuhan kita bergerak dan
menjadi”. Buku Spinoza yang paling penting adalah etika dibuktikan secara
geometis (Ethics Geometrically Demonstrated).
Spioza
menekankan bahwa hanya ada satu zat yang sepenuhnya dan benar-benar merupakan
‘penyebab dirinya sendiri’ dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh. Hanya
tuhan dan alam sajalah yang merupakan ungkapan proses bebas dan bukan
kebetulan semacam itu. Manusia dapat berjuang untuk mendapatkan kebebasan agar
bisa hidup tanpa kendala lahiriah, tapi ia tidak akan pernah meraih kehendak
bebas. Kita tidak mengontrol segala sesuatu yang terjadi dari dalam tubuh
kita yang merupakan mode dari atribut peluasan. Kita juga tidak dapat memilih
pemikiran kita. Karena itu manusia tidak memiliki jiwa bebas , jiwa itu kurang
lebih terpenjara dalam badan mekanis.
c. Leibniz
Gotifried
wilhelem von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada athun 1716. Ia
filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi negara. Pusat metafisika
adalah idea tetang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika
Leibniz sama memusatkan pada substansi. Substansi bagi Leibniz adalah hidup dan
setiap suatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun perinsip Leibniz adalah
“prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan
“sesuatu harus memiliki alasan”. Bahkan tuhan juga harus mempunyai alasan untuk
setiap yang diciptakan-Nya. Dan dia juga berpendapat bahwa substansi itu
banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu
dengan yang lain, dan tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad
yang tidak diciptakan) adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang
ini diberi judul monadology (study tentang monad) yang ditulisnya 1714. Satu
substansi sederhana ialah substansi terkecil yang tidak dapat dibagi. Adapun
substansi yang berupa susunan (composites) jelas dapat dibagi. Akan tetapi ada
kesulitan disini. Bila simple substance (monad) itu terletak dalam ruang, maka
akibatnya ia mesti dapat dibagi. Oleh karena itu Leibniz manyatakan bahwa semua
monad itu haruslah materi dan tidak mempunyai ukuran. Monad itu tidak mempunyai
bagian-bagian, tidak mempunya ukuran, tidak dapat dibagi.
3. ALIRAN
IDEALISME
1.
IDEALISME
OBJEKTIF
ü Fichte (1762-1814)
Johann
Gottlieb fichte adalah filosof jerman. Ia belajar teologi di jena pada tahun
1780-88. Menurut fiche, dasar realitas adalah kemauan, kemauan inilah think-in
itself-nya manusia. Penampakan menurut pendapatnya adalah sesuatu yang
ditanamkan oleh roh absolute sebagai penampakan kemauannya. Roh absolute adalah
sesuatu yang berada di belakang kita itu adalah tuhan. Menurut fichte, dasar
keperibadian adalah kemauan, yaitu kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa
kebebasan diperoleh hanya melalui kepatuhan kepada peraturan. Kahidupan moral
adalah kehidupan usaha. Manusia dihadapkan kepada rintangan-rintangan , dan
manusia digerakan oleh rasa jiwa yang wajib bahwa ia berutang pada aturan moral
umum yang memungkinkannya mampu memilih yang baik. Idealisme etis fichte
diringkas dalam pernyataan bahwa dunia aktual hanya dapat di pahami sebagai
bahan bagi tugas-tugas kita. Oleh karena itu filsafat bagi fichte adalah fisafat
hidup yang terletak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral
matrealisme. Substansi matrealisme bagi fichte ialah naluri, kenikmatan tak
bertanggung jawab, bergantung pada keadaan, sedangkan idealisme adalah
bergantung pada diri sendiri.
ü Schelling ( 1775-1854)
Schelling
adalah filosof idealis jerman yang telah meletakan dasar-dasar pemikiran bagi
perkembangan idealisme hegel. Ia pernah menjadi kawan fichte. Schelling adalah
idealis jerman terbesar. Pemikiranyapun merupakan mata rantai antara fichte dan
hegel. Schelling berpendapat bahwa kreasi seni adalah relasi antara kesadaran
dan ketidak sadaran. Dan schelling membangun tiga tahap sejarah a. masa
perimitif yang ditadai oleh dominasi nasib, b. masa romawi yang ditandai oleh
reaksi dasar manusia, c. masa yang akan datang yang merupakan sintesis dua masa
itu yang akan terjadi secara seimbang dalam kehidupan, disana yang aktual dan
yang ideal akan bersintesis
.
ü Hegel (1770-1831)
Idealisme
jerman memuncak pada George Wilhelm Friedrich Hegel. Walaupun usianya lebih tua
dari pada schelling, hegel menyusun karyanya yang tepenting ketika schelling
sudah menjadi filosofi terkenal. Mula-mula ia dianggapnya sebagai murid
schelling, tetapi lama-kelamaan menjadi berdiri sendiri dan banyak berbeda
dengan pemikiran schelling. Karya hegel yang pertama adalah mengnai agama
Kristen, seperti the life of jejus dan the spirit of Christianity.
Pusat
filsafat hegel ialah konsep geist (roh, spirit), suatu istilah yang diilhami
oleh agamanya. Roh di dalam pandangan hegel adalah sesuatu yang real, konkrit,
kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit
(dunia roh), di dalam kesadaran diri roh itu merupakan esensi manusia dan juga
esensi sejarah manusia. “semua yang real bersifat rasional dan semua yang
rasional bersifat real”, maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
Konsep filsafat hegel seluruhnya histori dan relative. Ia mengatakan bahwa apa
yang benar ialah perubahan. Kunci filsafat hegel adalah sejarah. Sejarah menurut
hegel, mengikuti jiwa dialektik.
4. IDEALISME
THEIS
1. Pascal (1623-1662)
Pemikiran
filsafat pascal adalah sebagai berikut:
a) Pengatahua diperoleh melalui dua
jalan, yaitu akal (reason), dan hati (heart)
b) Hati memiliki logika tersendiri.
c) Unsur terpenting dalam manusia
adalah konteradiksi, satu-satunya jalan memahami manusia ialah jalan agama,
pengatahuan-pengatahuan rasional tidak mampu menyingkap manusia, pengatahuan
rasional itu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas dari kontradiksi.
d) Tuhan juga tidak dapat dipahami
melalui argument metafisika, tuhan hanya dapat di pahami melalui hati.
e) George Berkeley (1685-1753)
Berkeley lahir di irlandia pada
tahun 1658 dan menjadi uskup. Dia mengkritik realisme locke, yaitu ide bahwa
relitas kosmos yang sesungguhnya dijelaskan oleh ilmu fisika modern, bagi
Berkeley, relitas pada intinya adalah subjektif,
2. Immanuel Kant (1724-1804)
Kant
lahir di Konigsberg, prusia pada tahun 1724, ia tidak pernah meninggalkan desa
kelahirannya kecuali beberapa waktu singkat karena memberikan kuliah di
desa tetangga. kant amat tekun melaksanakan agamanya, tatkala ia sudah
benar-benar matang ia ingin sekali belajar hal-hal yang mendasar tentang
agamanya. Bukunya, theoryof heaven (1755), menurut kant semua planet sudah atau
akan dihuni, dan planet-planet yang jauh dari matahari mempunyai masa
berkembang lebih panjang, barangkali dihuni oleh species yang lebih cerdas
dibandingkan dengan penghuni bumi kita ini. Bukunya yang pertama yang dibahas
pada uraian berikut ini ialah critique of pure reason. Pada dasarnya buku ini
bermaksud membela sains dari serangan skeptisisme. Tema yang dibahas dan
membela agama (iman) dari gangguan akal.
5.
ALIRAN
EMPIRISME
1. John Locke (1632-1704)
John locke
termasuk orang yang mengagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya.
Bagi locke mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai” lembar kertas
putih”(as a white paper) dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi locke
pengalaman itu ada dua, yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman
batiniah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan idea-idea
tunggal. Roh manusia bersifat sama sekali pasif dalam menerima ide-ide
tersebut. Namun demikian, roh mempunyai aktifitas juga karena dengan
menggunakan ide-ide tunggal sebagai batu bangunan, roh manusiawi dapat
membentuk ide majemuk (komplex ideas), misalnya idea substani. Locke menyatakan
bahwa dalam dunia luar memang ada substansi-substansi, tetapi kita hanya
mengenal ciri-cirinya.
Pandanga
locke mengenai lembara putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah dalam
filsafat islam yang didasarkan atas pernyataan al-Quran, surat ar-rum ayat ke
30. Fitrah adalah bawaan manusia sejak lahir yang didalamnya terkandung tiga
potensi dengan fungsi masing-masing. Pertama, potensi ‘aql yang berfungsi
mengenal tuhan, mengesakan tuhan dan mencintai-Nya. Kedua, potensi syahwat yang
berfungsi menginduksi objek-objek yang menyenangkan. Ketiga, potensi gadhab
yang berfungsu untuk menghindari segala yang membahayakan. Ketika manusia
dilahirkan, ketiga potensi ini telah dimilikinya namun demikian, agar
potensi-potensi tersebut beraktualisasi, perlu ada bantua dari luar dirinya
Buku
locke, essay concerning human understanding (1689 m) ditulis
berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini
berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang
berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang di
ajarkan plato. Dengan kata lain, locke menolak adanya innate idea, termasuk apa
yang diajarkan oleh Descartes, clear and distinct idea, adequate dari Spinoza,
truth of reason dari Leibniz. Menurut locke, yang innate (bawaan) itu tidak
ada.
Ia
,mengatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi ialah pengertian tentang objek
sebagai idea tentang objek itu yang di bentuk oleh jiwa berdasarkan masukan
dari indra. Akan tetapi locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah
substansi objek. Dalam an essay concerning humen understanding, tampak bahwa
john locke, dalam pandangan bersebrangan dengan Descartes, tetapi ia menyetujui
pandangan Aristoteles tentang teori tabularasa. Bahwa jiwa berkembang dan
memproleh kemampuan nalar karena pengalaman. Atas pandangan itu john locke
dinyatakan sebagai aliran empirisme dari inggris yang kemudian menghasilkan
teori asosiasi.
2.
David Hume (1711-1776)
David hume
menggunakan prinsip-prinsip empirisme dengan cara yang paling radikal, terutama
pengertian substansi dan kausalitas menjadi objek kritiknya. Ia tidak menerima
substansi sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang
selalu terdapat bersama-sama (misalnya: putih, licin, berat dan sebagainya).
Akan tetapi, atas dasar pengalaman, tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang
ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (misalnya: sehelai kertas yang
mempunya ciri-ciri tersebut).
Buku david
hume, treatise of humen nature (1739-1740 M), ditulisnya tatkala ia masih muda,
yaitu berumur 20 tahun. Buku ini tidak banyak menarik perhatian sehingga hume
pindah ke subjek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagi
sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M, ia menulis buku yang etrkenal, An
enquiry concerning human understanding. Baik buku treatise maupun buku enquiry,
keduanya menggunakan metode empirisme, sama dengan john locke. Akan tetapi
locke hanya pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasis pada sensasi
(khususnya tentang substansi dan tuhan).
Pendapat
david hume melengkapi pendapat john locke tentang sensasi dan refleksi. Hume
mengatakan selain dua unsur tersebut, ada pula yang dinamakan rasa dan ingatan
atau impresi dan idea. Kelangsungan perkembangan rasa dan ingatan manusia
berada pada impresi dan refleksi yang menyatukan atau berasosiasi dalam waktu dan
ruang yang berdekatan, karena danya makna yang sama dan sebab akibat. Hume
mengatakan bahwa manusia memperoleh asosiasi kausalitas dengan megalami
rangkaian kejadian seperti bola biliar yang membentur bola lain.
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafatnya
berpusat pada teori evolusi. Sembilan tahu sebelum terbitnya karya Darwin yang
terkanal, the orige of species(1859), spencer sudah menerbitkan bukunya tenteng
teori evolusi. Empirismenya telihat jelas dalam fisafatnya tentang the graet
unknowable. Menurutnya kita hanya bisa mengenali gejala-gejala. Memang benar di
belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang absolute itu
tiada dapat kita kenal. Secara perinsip pengenalan kita hanya menyangkut
relasi-relasi antara gejala-gejala. Sudah jelas , demikian spencer , metafisika
menjadi tidak mungkin.
2.ZAMAN
MODERN
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci
atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Aliran
rasionalisme beranggapan Bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio. Aliran emperisme, sebaliknya meyakini
pengalaman Sumber pengetahuan
itu,baik yang batin maupun inderawi.
Aliran rasionalisme di pelopori oleh
rene Descartes(1596-1650M). Dalam Discoerse De la methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya pada metode jitu sebagai
dasar kokoh Bagi semua
pengetahuan,yaitu dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun Tetapi
dalam kesangsian yang metoddis ini ternyata hanya satu hal yang tidak dapat Diragukan,yaitu
‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’.
Jika aku menyaksikan sesuatu,aku
menyadari bahwa, aku menyaksikan adanya Discartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak
kita lahirYaitu:
Ø Realitas pikiran (res cogitan)
Ø Realitas perluasan (res extensa
extention)
Ø Tuhan Sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab
sempurna dari kedua realitas itu. Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, materi
adalah keluasan.
Para filsuf zaman modern menegaskan
bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga
dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana
yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,
maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda itu yaitu:
1.
Aliran Rasionalisme
Aliran
rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse
de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai
dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara
metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal
ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh
pengetahuan.Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada
satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini
bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu". Jika aku
menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain
kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah "cogito ergo
sum", aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak
dapat disangkal lagi. -- Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu
dengan "jelas, dan terpilah-pilah" -- "clearly and distinctly",
"clara et distincta". Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah
yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam
menentukan kebenaran.Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang
sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2)
realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi, dan (3)
Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua
realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan
tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan,
mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua
substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa
tergantung pada apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan
pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia
memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia
memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat.
Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin
otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin
otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan
buatan).
Descartes adalah pelopor kaum
rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam
pikiran.
2.
Aliran Empirisme
Aliran
empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat
lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut
pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk
pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas, diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)".Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari "probable" (berpeluang). Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang "hukum alam" atau "sebab-akibat", sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja.Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"), namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Demikian Kant
membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan
meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini. Catatan. Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti
pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada
periode yang disebut Renaissance ("kelahiran kembali"). Kebudayaan
klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan
filsafat mencari inspirasi dari sana. Filsuf penting adalah N Macchiavelli
(1469-1527), Thoman Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan Francis
Bacon (1561-1626).
Periode kedua adalah zaman Barok,
yang menekankan akal budi. Sistem filsafatnya juga menggunakan menggunakan
matematika. Para filsuf periode ini adalah Rene Descrates, Barukh de Spinoza
(1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1710). Periode ketiga ditandai
dengan fajar budi ("enlightenment" atau "Aufklarung"). Para
filsuf katagori ini adalah John Locke (1632-1704), G Berkeley (1684-1753),
David Hume (1711-1776). Dalam katagori ini juga dimasukkan Jean-Jacques
Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant.
3.
Penjelasan Filsafat Masa kini (1800-sekarang).
Filsafat masa
kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau taklangsung atas pemikiran
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Hegel ingin menerangkan alam semesta
dan gerak-geriknya berdasarkan suatu prinsip. Menurut Hegel semua yang ada dan
semua kejadian merupakan pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari Yang Mutlak dan
bersifat rohani. Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak jika masih harus
dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha sempurna, dan jika
maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu pemikiran Hegel langsung ditentang
oleh aliran pemikiran materialisme yang mengajarkan bahwa yang sedang-menjadi
itu, yang sering sedang-menjadi-lebih-sempurna bukanlah ide ("Yang
Mutlak"), namun adalah materi belaka. Maksudnya, yang sesungguhnya ada
adalah materi (alam benda); materi adalah titik pangkal segala sesuatu dan
segala sesuatu yang mengatasi alam benda harus dikesampingkan. Maka seluruh
realitas hanya dapat dibuat jelas dalam alur pemikiran ini. Itulah faham yang
dicetuskan oleh Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872). Sayangnya, materi itu
sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena pastilah ada yang-ada-di-luar-materi
yang "mengendalikan" proses dalam materi itu untuk materi bisa
menjadi-lebih-sempurna-dari-sebelumnya.
Kesalahan Hegel adalah tidak menerima
bahwa Yang Mutlak itu berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam arti
tidak dalam satu realitas dengan segala yang sedang-menjadi tersebut. Dengan
mengatakan Yang Mutak itu menjadi, Hegel pada dasarnya meniadakan kemutlakan.
Dalam cara sama, dengan mengatakan bahwa yang mutlak itu materi, maka
materialisme pun jatuh dalam kubangan yang sama. Dari sini dapat difahami
munculnya sejumlah aliran-aliran penting dewasa ini:
Positivisme menyatakan bahwa
pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu
teologis, metafisis dan positif ilmiah. Manusia muda atau suku-suku primitif
pada tahap teologis" dibutuhkan figur dewa-dewa untuk
"menerangkan" kenyataan. Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai
prinsip-prinsip abstrak dan metafisis. Pada tahap dewasa dan matang digunakan
metode-metode positif dan ilmiah. Aliran positivisme dianut oleh August Comte
(1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan
dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran Wina.
Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh
utama Karl Marx, 1818-1883) mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas
materi belaka, yang berkembang dalam proses dialektis (dalam ritme
tesis-antitesis-sintesis). Marx adalah pengikut setia Feuerbach (sekurangnya
pada tahap awal). Feuerbach berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi mausia tentang
dirinya sendiri dan agama hanyalah sarana manusia memproyeksikan cita-cita
(belum terwujud!) manusia tentang dirinya sendiri. Menurut Feuerbach, yang ada bukan
Tuhan yang mahaadil, namun yang ada hanyalah manusia yang ingin menjadi adil.
Dari sini dapat difahami mengapa Marx berkata, bahwa "agama adalah candu
bagi rakyat", karena agama hanya membawa manusia masuk dalam "surga
fantasi", suatu pelarian dari kenyataan hidup yang umumnya pahit.
Selanjutnya Marx menegaskan bahwa filsafat hanya memberi interpretasi atas
perkembangan masyarakat dan sejarah. Yang justru dibutuhkan adalah aksi untuk
mengarahkan perubahan dan untuk itu harus dikembangkan hukum-hukum obyektif
mengenai perkembangan masyarakat.Catatan. Soekarno mengklim telah mencetuskan
marhaenisme sebagai marxisme diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia.
Kualifikasi "penerapan dalam situasi dan kondisi Indonesia" (apapun
itu) pastilah tidak membuat faham marhaenisme sebagai suatu aliran filsafat dan
pastilah tidak harus sama dengan faham marxisme sebagai diterapkan di dalam
lingkungan masyarakat lain.
Ditangan Friedrich Engels (1820-1895), dan lebih-lebih
oleh Lenin, Stalin dan Mao Tse Tung, aliran filsafat Marxisme ini menjadi
gerakan komunisme, yaitu suatu ideologi politik praktis Partai Komunis di
negara mana saja untuk merubah dunia. Sangat nyata bahwa dimana saja Partai
Komunis itu menjalankan praktek-praktek yang nyatanya mengingkari hak-hak azasi
manusia, dan karena itu tidak berperikemanusiaan (dan tak ber keTuhanan pula!).
Eksistensialime merupakan himpunan
aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu keyakinan, bahwa filsafat harus
berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia konkrit, dan bukan pada hakekat
(esensi) manusia-pada-umumnya. Manusia-pada-umumnya tidak ada, yang ada hanya
manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh eksistensinya. Tokoh
aliran ini J P Sartre (1905-1980), Kierkegaard (1813-1855), Friederich Nietzche
(1844-1900), Karl Jaspers (1883-1969), Martin Heidegger (1889-1976), Gabriel
Marcel (1889-1973).
Fenomenologi merupakan aliran (tokoh
penting: Edmund Husserl, 1859-1938) yang ingin mendekati realitas tidak melalui
argumen-argumen, konsep-konsep, atau teori umum. "Zuruck zu den sachen
selbst" -- kembali kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti dari
pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya.
Setiap obyek memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara kepada kita jika kita
membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita "mengambil
jarak" dari obyek itu, melepaskan obyek itu dari pengaruh
pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka obyek itu
"berbicara" sendiri mengenai hakekatnya, dan kita memahaminya berkat
intuisi dalam diri kita. Fenomenologi banyak diterapkan dalam
epistemologi, psikologi, antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya
kajian atas kitab suci).
Neo-kantisme dan neo-thomisme merupakan
aliran-aliran yang merupakan kelahiran kembali dari aliran yang lama, oleh
dialog dengan aliran lain.
Disamping itu masih ada aliran
filsafat analitik yang menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan analisis
atas konsep-konsep. Dalam berfilsafat, jangan katakan jika hal itu tidak dapat
dikatakan. "Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku".
Soal-soal falsafi seyogyanya dipecahkan melalui analisis atas bahasa, untuk
mendapatkan atau tidak mendapatkan makna dibalik bahasa yang digunakan. Hanya
dalam ilmu pengetahuan alam pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu
bersifat faktual. Tokoh pencetus: Ludwig Wittgenstein (1889-1952).
Akhirnya sejak 1960 berkembang
strukturalisme yang menyelidiki pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-bahasa,
agama-agama, sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Setelah
benteng abad pertengahan jebol oleh Descartes, fisafat itu lepas dari
cengkraman agama (iman keristen), maka laksana air bah, akal menyapu dan melabrak
apa saja yang mengambatnya. Akal menang rasio bersoarak sorai kegirangan,
semanjak renaissance dihidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka
rasionalisme yunani itu satu-satunya cara berfilsafat pada zaman modern.
Kecuali pada kant. Pada zaman modern bermunculan berbagai aliran besar . pada
dasarnya aliran filsafat modern yunani mengmbil corak filsfat sofisme yunani,
sedikit pengecualian pada kant paham yang muncul dari garis besarnya adalah
rasionalisme, idelisme paham-paham yang merupakan dari pecahan aliran itu Paham
rasionalisme mengajarkan bahwa akal (reason) itulah alat terpenting dalam
memperoleh dan menguji pengetahuan. Jelas ini merupakan reaksi keras terhadap
dominasi iman pada abad pertengahan. Ada tiga tokoh penting yang di bicarakan
di sini sebagai pendukung rasionalisme: Descartes, Spinoza, dan
Leibniz.Penghargaan Descartes pada akal kelihatan dengan jelas dengan metode
cogito-nya. “badanku boleh saja diragukan adanya, tetapi aku yang dipikir tidak
dapat diragukan. “ demikian kata Descartes. Pengetahuan yang clear dan
distinct pada Descartes ini diambil oleh Spinoza dan di beri nama adequate
ideas, dan pada Leibniz thurth of reason.
Rasionalisme
Spinoza bergerak dari definisi kepada aksioma dan proposisi. Ujungnya antara
lain ialah alam semesta adalah tuhan. Setelah dipikir-pikir olehnya, ia
berkesimpulan bahwa tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, tidak juga manusia.
Kata Spinoza, hanya itulah yang dapat diketahui oleh akal tentang tuhan. Konsep
tuhan mulai kabur. Leibniz adalah filosof monad-monad, suatu analisis yang
rumit tantang metafisika, dan amat spekulatif. Akhirnya saya berpendapat bahwa
ruang dan waktu yang absolute (newton ) harus ditolak. Oleh karena itu, “kapan
alam semesta muncul” adalah pertanyaan yang tidak revelan.Pemikiran
rasionalisme itu direspon pula oleh idealisme. Paham ini mengajarkan bahwa
hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Idea plato tentulah jalan yang paling
mungkin untuk mempelajari paham idealisme zaman modern. Berdasarka paham
idealisme seperti itu fichte menyatakan bahwa dibelakang kita yang ada ialah
absolute mind. Pada schelling, realitas itu identik dengan gerakan pemikiran
yang berevoluse secara dialektis. Ini menyiapkan jalan bagi dialektika hegel.
Hegel berarti puncak idealisme jerman. Idealismenya terlihat pada pusat
filsafatnya, yaitu giest (roh, jiwa). Roh itu real, konkrit, objektif demikian
kata hegel. Ini suatu paham yang sulit dipahami. Roh itu menumbuh pada
objek-objek yang khusus. Roh itulah esesi manusia dan esensi sejarah manusia.
Antara rasionalisme dan idealisme tidak ada pertengkaran.
Akan tetapi bila berhadapan dengan empirisme, persoalanya menjadi lain.
Empirisme amat berbeda dan berlawanan dengan idealisme dan rasionalisme.
Tokoh-tokoh empirisme menolak ide-ide pokok orang rasionalisme dan idealis.
Rumusan pokok filsafat ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. Dari sini locke menolak akal, menolak innate idea,
menolak clear and distinct (descartes), adequate idea (Spinoza), trut of reason
(leibniz). Jiwa itu kosong yang ada hanya dari pengalaman. Tentang substansi
locke berkata we know not what (kita tidak tahu apa). Empirisme hume memuncak
menjadi skeptisisme tingkat tinggi. Pengetahuan sains pun tidak dapat dipegang
secara meyakinkan. Spencer tokoh empirisme juga, menyangsikan roh tidak
mengetahui masalah-masalah metafisika selain the gret unknowable (rahasia
benar). Kita hanya mengenali gejala-gejala empirik, apa yang ada dibelakangnya
tidak tahu. Ketiga aliran besar ini (rasionalisme, idealisme, empirisme) telah
cukup mejadi filsafat modern membingungkan orang modern. Rasioalisme dan
idealisme mengatakan roh yang hakikat. Empirisma mengatakan benda-benda yang
hakikat, dan roh tidak ada. Akibatnya pada sain dan agama sudah jelas sain yang
dicurigai (terutama pada hume) dan agama diragukan. Keadaan ini mungkin lebih
parah ketimbang kebingungan orang zaman Socrates karena filsafat sofisme.
Keadaan ini lah yang dihadapi oleh kant, seperti Socrates menghadapi sofisme
yunani 2000 tahun yang lalu. Cara kant menyelesaikan masalah ini pada dasarnya
sama dengan cara Socrates tempo hari. Ia menyatakan bahwa akal ada daerahnya
dan hati (iman) ada daerahnya. Bila akal memasuki daerah hati maka ia akan
hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama dapat dipegang, sama-sama
diperlukan. Skeptis pada sains amat berbahaya, keraguan kepada agama juga
berbahya. Pemikiran berjalan terus sesuai dengan kemajuan zamanya.
B.
Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun
yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan
konsep filsafat zaman modern. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang
baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran
para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik. Demikianlah penjelasan
tentang filsafat
zaman modern,
bila kiranya
ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat
bermanfaat
bgi kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar